PANGKALPINANG—Dinas Koperasi dan UKM Provinsi Kepulauan Bangka Belitung mendorong hilirisasi biji Kakao. Dalam rangka memberikan manfaat ekonomi berkelanjutan bagi masyarakat Babel.
Plt Kadis Koperasi dan UKM Provinsi Bangka Belitung, Ahmad Yani mengatakan pulau Bangka menghasilkan rata-rata 20 ton biji kakao kering per bulan yang hampir seluruhnya dijual ke luar daerah. Tentunya ini fakta yang sangat disayangkan, karena masih minim sekali pelaku usaha hilirisasi biji kakao.
Oleh karena itu Pemerintah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung melalui Dinas Koperasi dan UKM berusaha mengembangkan komoditas biji kakao.
“Melihat potensi ini, pemerintah berupaya mendorong hilirisasi biji kakao melalui pelatihan pengolahan cokelat bagi pelaku UMKM. Dengan demikian, kakao akan diolah menjadi produk cokelat khas Babel yang bernilai tambah dan berdaya saing tinggi,” kata Ahmad Yani saat membuka pelatihan pengolahan cokelat angkatan II di Hotel Sun Pangkalpinang, Senin (18/11/24).
Menurut Ahmad Yani, Pelatihan ini akan berlangsung selama empat hari dari tanggal 18 hingga 21 November 2024 dan diikuti sebanyak 35 peserta. Selama empat hari, peserta pelatihan akan mendapatkan materi dari Dosen UBB Dr. Yudi Sapta Pranoto dan Brand Owner Coklat Candu Merinda Harris.
Ahmad Yani menambahkan, kakao adalah buah dan tumbuhan tropis, yang menghasilkan biji kakao, yang merupakan bahan utama dalam pembuatan coklat. Buah kakao berisi biji kakao yang dilapisi oleh daging buah yang manis.
Setelah dipanen, biji kakao difermentasi, dikeringkan, dan kemudian dipanggang untuk menghasilkan rasa dan aroma yang khas. Biji kakao kemudian digiling menjadi pasta kakao yang digunakan dalam pembuatan berbagai produk coklat.
“Biji kakao selain dibuat untuk coklat, juga digunakan dalam pembuatan bubuk kakao, minuman coklat, dan berbagai produk makanan dan minuman lainnya. Kakao juga dikenal karena kandungan flavanolnya, yang diyakini memiliki beberapa manfaat kesehatan, termasuk meningkatkan kesehatan jantung dan meningkatkan aliran darah ke otak,” ujarnya.
Masih kata, Ahmad Yani, pengembangan komoditas kakao menjadi berbagai produk tersebut tentunya memerlukan strategi. Ada beberapa strategi dalam pengembangan komoditas kakao diantaranya, pelatihan dan edukasi, peningkatan kualitas, pengembangan pasar, sertifikasi, diversifikasi produk, inovasi, kemitraan dan lain-lain.
Pemberian pelatihan kepada petani dan produsen coklat sangat diperlukan terutama dalam teknik pengolahan yang baik dan inovasi terbaru dalam industri coklat untuk meningkatkan efisiensi dan kualitas produk.
“Pemberian pelatihan kepada UMKM dan petani agar mereka bisa menghasil produk yang berkualitas,” ujarnya.
Ia menjelaskan, produk-produk cokelat lokal harus dipromosikan dengan baik. Mempromosikan produk coklat lokal di pasar domestik dan internasional melalui pameran dagang, kolaborasi dengan pemangku kepentingan industri, dan pemasaran digital yang efektif.
Tak hanya itu pelaku UMKM juga perlu melakukan diversifikasi produk dan inovasi. Pelaku UMKM didorong untuk mengembangkan berbagai jenis produk coklat, seperti coklat batangan, coklat bubuk, coklat berisi, atau coklat dengan rasa dan inovasi baru untuk menarik berbagai segmen pasar.
“Pengembangan produk harus dilakukan untuk menciptakan produk coklat baru yang unik dan berbeda, seperti coklat fungsional dengan tambahan nutrisi atau coklat beraroma khas daerah. Rasa dan inovasi baru untuk menarik berbagai segmen pasar,” jelasnya.
Ia membeberkan, untuk meningkatkan daya saing produk dipasar global, perlu dilakukan sertifikasi dan labeling. Selain itu pelaku UMKM juga harus membangun kemitraan dengan produsen lain, pemerintah, lembaga riset, dan organisasi non-pemerintah untuk mendukung pengembangan industri coklat secara holistik dan berkelanjutan.
“Pelaku UMKM perlu melakukan sertifikasi, labeling dan membranding produknya agar bisa bersaing di pasar global,” bebernya.
Ahmad Yani berharap, para peserta pelatihan ini manfaatkan waktu yang ada dengan sebaik-baiknya, serap ilmu dan keterampilan yang diajarkan. Melalui pelatihan ini dapat mendorong hilirisasi produk kakao di Kepulauan Bangka Belitung.
“Saya harap dengan adanya pelatihan ini akan memberikan kontribusi yang signifikan bagi perkembangan usaha hilirisasi biji kakao atau cokelat di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung,” harapnya. (Dika).